Kamis, 05 Februari 2015

Jilbab dan celana sobek dilutut III

Dia terlihat bahagia sekali bersama mereka, berbincang dengan asyiknya. Penampilan mereka sangat berbeda jauh dengan ku, aku melihat ke bawah, memperhatikan penampilan ku seperti apa, hanya memakai sepatu kets, celana katun longgar warna cream dengan atasan kemeja rompi hitam berpolet bunga, dan jilbab polos berwarna cream menutupi sampai ke dada. Lalu aku tersenyum sendiri, haha apa aku bodoh? Mana mau mereka berteman dengan ku, yang berpenampilan seperti ini. Bodoh nya aku kenapa aku mau diajak kesini, ketempat yang tak seharusnya aku ada disini. Ini seperti menjatuhkan diri sendiri. Mereka memperhatikanku lalu tertawa, memperhatikan lalu tertawa lagi, bukan hanya satu atau dua orang yang seperti itu, mungkin puluhan orang juga ada, aku hanya bisa menunduk sambil melihat handphone ku mencoba tak mendengarkan cibiran dari mereka.
Dia masih asyik berbincang dengan teman-teman nya, seperti lupa, lupa kalau dia membawa seseorang. Hanya dibawa lalu asyik dengan yang lain. "Hey aku ada disini, kenapa aku tidak dikenalkan kepada teman-temanmu" batinku geram, ah aku pergi saja, dari pada disini, kataku.
"Rida itu baturan lain ajak kadieu ai maneh" terdengar suara perempuan, lalu aku menengok ke arah mereka, ku lihat dia menepuk kepala dengan telapak tangan nya seperti lupa akan sesuatu. Dia lalu menitipkan skateboard kepada perempuan tadi, lalu dia lari ke arahku. Aku segera berbalik ke depan, lalu aku kembali berjalan dengan cepat. "Isna!!" Teriak nya, aku terus berjalan dengan cepat, yang aku harap saat ini dia tak bisa mengejarku, aku malu.
Tapi sebuah tangan memegang tangan ku, menahan untuk pergi. "Isna mau kemana?" Kata nya dengan nafas yang tidak teratur.
"Aku malu" kataku dengan badan yg masih membelakanginya. Dia lalu membalikkan badanku, sekarang aku berada tepat didepannya, mata nya yang sayu menyejukan ku, kesal ku hilang hanya dengan matanya. Jantung ku berdetak sangat sangat cepat, ingin aku berlari menjauh darinya, tapi aku tak bisa bergerak, aku mematung karena matanya, mata dia sangat indah. Astagfirullah zina mata!!! Segera aku alihkan pandangan ku ke bibirnya, yang penting kan tidak zina mata hahaha pikirku.
"Maaf ya tadi rida keenakkan ngobrol sama temen, tadi kita lagi bahas lomba buat minggu" jelas nya padaku, "iya gak apa apa, santai rid" kataku, "yaudah, yuk gabung aku belum kenalin kamu ke mereka" kata nya sambil tersenyum.
" hey dari tadi kemana aja baru ngomong sekarang, dodol rida" batinku kesal

"kenalin, isna husna lathifah" kata dia dengan bangga memperkenalkan ku kepada teman-temannya
"Weissss" kata mereka sambil tersenyum senyum
"Haii" sapaku pada mereka, "assalamualaikum bu haji, cantik banget sih" salah satu teman rida menyapa ku seperti itu, "maneh.." kata rida dengan sedikit mengretak temannya, lalu rida tersenyum saja ke arahku seperti menyembunyikan sesuatu. Dia ini kenapa? Pikirku. "Halah cemburu siah!, isna kenalan dulu atuh" goda teman rida padaku.
"Engga gausah kenalan sama mereka, ga bener mereka mah" katanya. "Gak apa apa kali, nambah temen" kataku, aku langsung menghampiri mereka satu-persatu, bersalaman dan saling memperkenalkan diri. Ada 3 perempuan dan 5 laki-laki termasuk dengan rida. aku memang agak minder saat berkumpul bersama mereka, tapi mereka ternyata normal normal saja, baik, bisa menyesuaikan diri, asyik, dan membuat nyaman.

Arloji ku sudah menunjukan pukul 17.12, aku gelisah, aku terlalu asyik bersama mereka, bagaimana ini pulang terlalu sore nanti dimarahi ibu, aku malu untuk berbicara ke rida, tapi nanti aku dimarahi ibu, ah sudah aku harus berani "rid, kapan pulang?" kataku sambil sedikit senyum, mata dia membulat, mungkin dia lupa bahwa aku ini berbeda sedikit dengan mereka. "Astagfirullah iya, ayo cepet" dia pun mengambil kunci disakunya dan memasang kemotor vespa putih nya, aku pun menaiki motor itu, posisi duduk ku agak mundur kebelakang, menjaga jarak dengannya. "Pulang duluan yah" kata ku kepada mereka, "iya sok waalaikumsallam" canda mereka, "eh assalamualaikum" kata ku lagi, aku lupa mengucapkan itu pada mereka.
Dia menancap gas, laju motor ini tiba tiba cepat, aku yang duduk agak mundur, merasa hampir jatuh. "Pelan-pelan" kataku, "gak bisa, nanti kamu dimarahi ibu" katanya "gak apa apa ga akan dimarahi kok" aku berbohong. "Nanti aku mampir dulu kerumah minta maaf sama ibu" tegas dia. "Gak, gak usah rid, ibu gak akan marah ko". Dia tak menjawab, dia malah menancap gas kembali, spontan aku memegang jaket nya. "Pegangan, nanti jatuh" katanya sambil sedikit menengok ke arah ku, "em" dengan ragu aku memegang erat jaket nya saja.
Kurang lebih sekitar 30 mnt kami pun sampai. "Udah ga usah minta maaf ke ibu, kamu gasalah" kataku sambil tersenyum kepadanya, "aku kerumah ya, makasih buat hari ini" kataku lagi padanya, dia hanya diam, memandangi ku sambil tersenyum, ku buka pagar rumah ku dan aku pun berjalan masuk ke rumah, ku ketuk pintu rumah ku.
"Assalamualaikum, buuu isna pulaang"
Pintu rumah pun terbuka
"BAGUS YA, JAM SEGINI BARU PULANG!" Aku terhontak kaget, ibu ku berteriak seperti itu.
"Maaf tante isna jadi pulang telat, dari jam 4 isna sudah minta pulang, tapi saya terlalu asyik bermain skateboard, maaf tante maaf" terdengar suara laki-laki yang ku kenal, lalu aku menengok ke sisi kananku "rida!!" Kata ku, rida hanya menengok saja, raut wajahnya khawatir. "Engga bu dia bohong, isna emang terlalu asyik tadi mainnya" kataku meyakinkan ibu, "engga tante saya yang salah lupa waktu" kata rida, "ibu gak mau denger, sekarang isna sini! Masuk!!, dan rida, cepat pulang, ibu rida pasti khawatir" tegas ibuku. "Tapi tan...."
Gubrakk pintu rumah ditutup ibu, belum selesai aku mendengar apa yang akan dia bicarakan pada ibu. Pintu sudah mengahalangi. "MASUK KAMAR!"ibu berteriak lagi padaku
"Ibu seharusnya ga gitu sama rida, rida baik ibuuu"kataku
"Rida gak baik buat kamu, jangan main sama rida lagi" lalu ibu meninggalkan ku. Pipiku basah, aku menangis. Pikir saja, aku tidak boleh main lagi dengan rida, entah apa ini, tapi saat mendengar ibu berbicara seperti itu, terasa sesak di dada. Setau ku aku tidak mempunyai penyakit asma, rasa ini berbeda. Ini menyakitkan.

Rida maafin ibu aku, maafin aku yah rida, ah ibu kenapa tidak boleh lagi bermain dengan rida, tadi aku sangat senang saat bersama dia dan teman baru ku bu, ibuuu dia baik ibuuu. Kami sudah dekat selama 5 bulan ibuu, harusnya ibu mengerti, harusnya ibu mengerti. Air mataku pun terjatuh lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar