Senin, 09 Februari 2015

Jilbab dan celana sobek di lutut (ending)

"Tapi isna bener sekolah bu, tadi praktek komputer dulu"kata ku sambil menyimpan sepatu di rak, ibu tak menjawab, lalu aku menghampiri ibu dan mencium tangan ibu. "alasan" kata kakaku dengan wajah yang tak melihat ku sama sekali. Ibu, kaka laki-laki ku dan adiku memang sedang berada di ruang keluarga, mereka sedang santai sambil menonton televisi. "Ya udah kalau gak percaya, terserah!" Kataku kesal, semenjak kejadian 4 minggu yang lalu keluarga ku tak ada yang percaya bahwa aku pulang terlambat bukan karna main. Ibu memberitahu ayah dan kaka laki-laki ku tentang aku bermain dengan rida dan pulang telat, satu persatu dari mereka memarahi ku. Aku bingung pada mereka mengapa mereka khawatir sekali. Aku juga sudah besar, bisa jaga diri. Aku tau batasan mana yang baik dan mana yang buruk.

Aku menutup pintu kamarku dengan keras "gubrakkkk", ah aku tak peduli mereka akan marah atau tidak yang jelas aku sangat kesal, ya allah maafkan aku, aku tak bermaksud seperti itu pada ibu atau kaka ku, aku hanya ingin tunjukkan kepada mereka bahwa aku benar-benar sekolah, tidak main. tidak! aku tidak boleh seperti itu, terserah jangan pedulikan mereka percaya atau tidak percaya. Yang penting kamu memang tak berbohong isna. Semangatt isnaaaa!!!.

Yang aku bisa sekarang hanya menyemangati diriku sendiri. Keluarga ku tak percaya padaku dan satu lagi rida, Rida Angga Putra. Si pemilik vespa putih, yang celananya sobek di lutut, yang memiliki mata indah, yang aku suka, yang aku sayang, dia hilang, dia menjauh dariku, tak ada kabar, berubah, tak pernah berkomunikasi, tak pernah menyapaku, tak pernah bertemu lagi. Sekejap kita seperti dulu, tak saling kenal. Apa alasannya? Aku juga tidak tau alasan dia menjauh. Aku pernah menyapa dia duluan, "Rida berubah" kataku di sms , "berubah apanya" dengan enaknya dia menjawab seperti itu, menjawab seperti tanpa beban, seperti tak ada apa-apa, "engga:D" jawabku, "ehh ga bener" jawab nya polos. Hati ini bagaikan gelas yang terjatuh dari atas meja. Pecah, remuk, tak utuh, sakit. Dari sana aku berpikir, aku harus melupakan rida si pria tampan yang celananya sobek di lutut. Mungkin memang tidak mudah, tapi bagaimana lagi, 4 minggu aku sudah mencoba memperbaiki, sudah sering minta maaf karna perlakuan ibu pada rida, dia memang memaafkan ku, tapi dia tak seperti dulu, intinya rida tak ingin berjuang lagi untukku. Lagi pula untuk apa mungkin berjuang untukku, di luar sana banyak yang lebih pantas rida perjuangkan di bandingkan dengan ku. Haha tak peduli dia mau menjauhiku atau berbeda kepadaku. Tak peduli pula apapun alasan dia menjauh dariku, aku tak akan menjauhinya. Aku hanya akan menghentikan perasaanku saja. Kita bisa berteman, kita pasti bisa berteman. :)


Perasaan harus hilang. Bagaimana pun caranya aku akan membuat perasaan itu hilang. Jangan khawatir aku tidak akan terlalu mengganggumu. Kita berteman oke?:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar