Sudah tak terhitung berapa hari aku tak bertemu dengan nya, tak terhitung berapa minggu aku tak bercakap dengan nya, mungkin berbulan-bulan, aku mencoba terbiasa dengan semua ini. Tapi sungguh tak bisa, gemuruh sang rindu selalu ada. Tak bisa di pungkiri. Mungkin sekarang aku bisa lebih tegar dari sebelum nya kejadian itu mengakhiri semuannya, mengapa sesulit ini, padahal itu hal sepele. Ku kira ibu mengerti ternyata tidak.
"Na sekarang gimana kamu sama dia?" Tanya teman ku
Akupun tersenyum lalu menunduk dan tetap berjalan.
"udahlah" kata ku sambil kembali melihat kedepan.
Ya kami sedang berjalan pulang ke rumah masing masing. Ini hari sabtu jadwal kami pulang tanpa kendaraan,
"Gak pernah lagi ketemu dia?" Aku tak menjawab aku hanya diam, jujur saja jika membicarakannya. Tiba tiba rasa itu datang lagi. Rasa sakit.
"Suka kontekan ga?"tanya teman ku kembali
Aku menarik napas panjang lalu menghembuskannya. "Engga cacaa cantikk, ga pernah lagiii dan ga akan pernah lagi" kataku dengan senyum dipaksakan
"Kok jadi gini sihhhh aku kira kalian udah baik-baik aja"kata teman ku
"Hahahaha engga ca" jawab ku
"Aaaaaaa kok giniii sih, maaf na aku ga bisa bantu, problem nya kan sama ibu kamu, aku ga bisa bantu"
"Gapapa kali santai, udah terbiasa kok" kata ku sambil tersenyum
"Eh iya ga ada pr kan tadi?" Aku mencoba menghindari pembicaraan tentang rida lagi. "Haahh yang belum moveon mah gini nyoba nutup-nutuppin, kagak kagak ada"jawab teman ku dengan sedikit kesal
"Hahahaha bagus lah yee minggu bebas" kata ku sambil mengangkat tangan ku ke atas
"Halah so gembira" kata temen ku sambil menjulur lidah
"Biarin hih" ku balas dengan juluran lidah lagi, lalu kami pun tertawa bersama
Teman ku tiba-tiba merangkul ku dan berkata "isnaku yang cantik, baik hati, dan jarang nabung,dengerin dan percaya deh sama aku, aku jamin nanti kebahagian nyamperin kamu kok, sedih kamu bakal ke ganti!, kebahagiaan nunggu na" kata teman ku sambil mendongkak keatas melihat langit sore yg indah. Aku pun melihat langit sore itu "iya bener ca aku juga yakin" kami berdua pun tersenyum.
"Aku duluan yah daaah" kata teman ku sambil berbelok, kita beda blok, caca blok B aku blok D, ya dan sekarang mirisnya aku masih harus melewati blok C dulu hahaha semangat isna.
Sudah ku lewati blok C dan melewati satu rumah lagi aku akan sampai dirumah haah lelah. Tunggu motor vespa putih siapa?, kulihat sebuah motor vespa putih terparkir di depan rumah ku. Aku mempercepat jalan ku, ingin segera melihat plat nomor motor itu, memastikan motor siapa.
"Gak mungkin"aku segera berlari dan membuka pagar rumah ku. Saat ku buka, kulihat di halaman rumah ku ibu dan seorang laki-laki yang celananya sobek dilutut sedang berbincang. Dia Rida.
Aku terdiam mematung melihat mereka yang sedang asyik mengobrol. Ibu terlihat netral saja, tak marah. Ada apa ini? Untuk apa dia kesini.
Haru.
Entah kenapa air mata ku keluar saja. Aku lihat rida lagi. Sudah lama sekali, rindu ini terbalas Ya Rabb terimakasih. Aku segera menghapus air mata ku, aku menghampiri mereka.
"Assalamualaikum" aku mematung di depan mereka, tak percaya dia rida benar rida.
Mereka menengok dan tersenyum lalu menjawab "waalaikumsallam"
"Tante rida pamit pulang dulu, assalamualaikum" dia berdiri lalu mencium tangan ibuku "iyaa, hati-hati salam buat ibu kamu yang diceritain tadi ya" jawab ibu ku "siap tan" kata rida sambil tersenyum senang. Ada apa ini?
Rida melihat ku lumayan lama.kami saling menatap. Rindu hadir menggebu, jika boleh mungkin akan ku peluk dia. Ku lihat mata nya "sudah lama" batinku
"Isna aku pulang ya" kata rida sambil tersenyum,
"Eh iyaa" jawabku. Dia berjalan sambil membawa helm putih nya, pintu pagar di bukanya, lalu dia kembali melihat kami dan sedikit membungkukan badan. Pamit. Sungguh aku tak percaya ini bukan mimpi kan? Dia rida, Ya allah dia rida kan?, linang air mata tak terbendung. Aku mengusap kembali dan berbalik ke arah ibu. "Ibuu" kataku "iya isnaa?" Kata ibuku sambil tersenyum. Aku segera menghampiri ibu dan memeluk nya ku luapkan tangis haru ku. Entah apa ini entah perasaan apa yang aku rasakan yang jelas ini damai masalah ku seperti sirna. Walaupun aku tak tau apa yang mereka perbincangkan. Tapi sungguh aku senang. Terbayang kembali saat aku melihat rida dan ibu berbincang dengan asyik. Haru.
"Ibu ada apa ini" kata ku yang masih menangis dan masih di pelukan ibu. "Dia laki-laki yang baik isna"jawab ibuku "ibuuuuu" ku peluk ibu lagi sangat erat. Aku menangis sepuas-puasnya. Ibu kembali percaya padaku dan rida si laki-laki yang celana nya sobek dilutut. Dia hadir kembali.
"Terimakasih YaRabb sungguh kebahagiaan yang kau berikan begitu dahsyat. Maha besar, Maha kuasa Engkau YaRabb, Engkau Maha segalanya YaRabb. Alhamdulillah alhamdulillah" ku usap wajahku "aamiin" ku cium kembali lembut sajadah ini.
Pukul 20.45
"Tadi ngomongin apa sama ibu,:p" aku membalas bbm dari rida. Baru kali ini rida mengirim pesan lagi pada ku. Aku percaya ini akan membaik.
"Apa ya kepo huuuu :p"balas rida
"Yaelah, gatau sih tadi aku nangis cuman gara gara liat km." Jawabku jujur
"Serius?kangen banget ya?"balas rida
Kali ini aku harus balas jujur tanpa basa basi, aku gak mau dia pergi lagi.
"Iyaa:'" jawabku
"Sama, isna husna lathifah. Rida juga ({})" balas rida
Aku sedikit kaget, emoticons nyaaaaaaa dia pakai emot peluk-_-, kalau ketauan ibu kan bahaya hahaha
"Eit emot nya!" Kataku
"Ampun hehe ({})" balasnya
"Bilangin ibu lho.." kataku
"Jangaaaaaaaaaaaaaaaannnn iya engga lagi engga:)" balas rida
YaRabb benarkah ini? Aku rindu sekali candaan ini.
Tiba tiba rida mengirim VN (Voice Note)
Saat ku dengar..
pertama ku dengar petikan gitar. Aku tak tau apa yang akan dia nyanyikan, dari intro nya tak bisa ku tebak. Tiba-tiba suara gitar berhenti. Sebuah suara terdengar..
"Tersadar.. di dalam sepi ku.. setelah jauh melangkah" lalu suara gitar hadir kembali melengkapi suara rida.
Terimakasih cinta
Untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Tak akan terulang lagi semua..
Kesalahanku
Yang pernah menyakitimu..
"Isna selamat datang lagi, maaf sebelumnya rida ga pernah kontek isna, maaf banget. Awalnya rida nyerah karna sikap ibu isna kaya gitu. Tapi nyatanya gatau rasa apa rida kehilangan isna. Rida kangen isna. Walaupun kita ga pacaran. Tapi aku serius sama kamu isna. Aku udah bilang semua ke ibu kamu. Aku beneran sayang sama kamu. Emang ibu kamu awalnya ga percaya tapi aku ceritain kisah tentang ibuku. Kisah ibuku sama dengan kisah kita isna, dan akhirnya ibu kamu ngerti, isna... rida sayang isna. Terimakasih"
menit terakhir di VN itu, rida berhasil membuat ku menangis haru. Ya aku memang cengeng, gampang sekali menangis. Tapi setidaknya tangisan ini tak selalu tentang ratapan kesedihan, kebahagian pun hadir dalam tangis ku.
Hey pemilik celana yang sobek dilutut. Terimakasih sudah hadir kembali:)
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar